Series 1: Kegagalan (Keberhasilan Tertunda) dalam Menuntut Ilmu

Saya seorang yang tanpa bintang alias tanpa prestasi sedikitpun, sejak kecil hidup jauh dari orang tua bagai hidup sebatang kara. 

Dititipkan oleh orang tua kepada nenek dan kakek serta paman-paman sementara orang tua merantau ke Ibu Kota. Dengan didikan dari nenek dan kakek yang hanya seorang tukang kayu dan petani tentu dengan didikan layaknya dipedalaman desa dan persawahan, sangat sederhana. 

Tidak pernah ada yang mengajari tentang hidup, tidak ada baca tulis apalagi berhitung, sehari - hari hanya bermain dan mengaji

Mainan mobil-mobilan dengan tanah liat, ke sawah mencari belut, ke sawah menemani kakek dan nenek, turun ke sungai mencari kepiting dan aktivitas pedesaan lainnya.

Ilustrasi kehidupan di desa
Ilustrasi Kehidupan Desa
Hingga saatnya saya menginjak usia SD, sekolah dasar. Tanpa sekolah TK (taman kanak kanak) saya langsung masuk ke sekolah dasar di SD Negeri 02 Prumpung Serang. dunia sekolah adalah hal yang sangat baru dan asing. begitu masuk hingga 1 tahun pertama saya tidak bisa apa apa, menulis tidak bisa, baca tidak bisa, berhitung tidak bisa. Nol (0) besar istilah kata, dan pada akhirnya saya tinggal kelas. 
Itulah KEGAGALAN PERTAMA saya dalam dunia pendidikan. Yaitu.. tinggal kelas, alias tidak naik kelas. Jadi saya menempuh pendidikan sekolah dasar mengalami perlambatan, yaitu dengan waktu 7 (tujuh) tahun ..

Kegagalan pertama membuat jiwa dibuli oleh teman-teman, dihina oleh tetangga dan dicaci sebagai anak terbodoh sejagat, semua orang di desa mengetahui bahwa saya adalah anak yang bodoh, sampai-sampai tidak ada satupun yang mau berteman. Iya saya memang terlihat sangat bodoh karena tidak pernah belajar, tidak pernah diajarkan. Karena memang kakek dan nenek saya tidak bisa mengajarkan hal-hal tersebut, kakek dan nenek fokus dengan dunianya sebagai seorang petani dan tukang kayu, sementara paman dan bibi saya fokus dengan dirinya masing-masing untuk mengejar mimpinya, dan juga orang tua saya yang merantau di ibukota belum kembali demi memberikan nafkah dan kehidupan yang terbaik buat keluarganya kelak... "Dan saya percaya akan itu sampai sekarang meski belum pernah tercapai"

Kegagalan Pertama, membuat saya selalu berpikir "Apakah saya memang bodoh?". Bulian serta title yang disematkan oleh masyarakat kepada saya sebagai "Anak terbodoh seantero jagat" juga menjadi beban pikiran dan motivasi tersendiri bahwa saya tidaklah demikian.  

Saya menempati ranking terakhir dan sebagai yang terbodoh serta tinggal kelas karena saya tidak tahu, tidak belajar, dan malas serta tidak tahu bahasa yang digunakan oleh guru dan teman-teman

itulah pembelaan saya dalam hati yang terdalam, meski selalu menangis karena memang jauh dari orang tua dan merasa tidak ada tempat untuk bertanya atau mengadu .. 😭. Meskipun disatu sisi saya juga memiliki semacam perasaan dendam dengan teman-teman saya yang membuli, kepada masyarakat yang melabeli saya sebagai anak bodoh 😢.

Setelah tinggal kelas, mendapat label sebagai anak terbodoh seantero jagat, pikiran saya pun seperti terbuka, bahwa saya tidak boleh seperti ini terus. Saya seperti memiliki pemikiran sadar bahwa saya tidaklah bodoh, saya mampu, tetapi karena saya tidak pernah diajari, tidak pernah belajar, tidak disiplin serta jauh dari orang tua maka saya menjadi seperti ini 😥, dan saatnya saya bangkit 👊. 

Sejak saat itu hari hari yang saya jalani lebih banyak untuk belajar apa yang diberikan disekolah, tidak lagi malas-malasan dan tidak lagi banyak bermain. "Belajar Mandiri" atau otodidak adalah hal pertama yang saya lakukan, dan itu saya lakukan sampai sekarang 💪.

Belajar mandiri atau otodidak pun membuahkan hasil, tapi tidak serta merta langsung berhasil, akan tetapi semuanya membutuhkan waktu untuk menjalani proses hingga akhirnya saya dikelas 3 (tiga) berhasil menduduki peringkat 1 (pertama).



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.